Seperti dilansir dari laman Pikiran Rakyat, Perajin pandai tersebut diantaranya adalah Wardi (50), Saptani (40), Budi (35) dan Yanto (50), mereka masih satu keluarga yang tinggal di Blok Jumat, RT 06/01, Desa Bongas Wetan, Kecamatan Sumberjaya, Kabupaten Majalengka.
Setiap hari mereka membuat alat-alat pertanian dan bangunan seperti cangkul atau linggis. Tidak banyak yang mereka produksi karena pesanan juga sepi. Dalam sehari mereka mengaku membuat 6 hingga 7 buah cangkul, atau beberapa buah linggis.
“Kalau cangkul ramainya di bulan Oktober, pada bulan tersebut permintaan bisa mencapai 10 hingga 12 buah, di bulan-bulan seperti sekarang kami berusaha memproduksinya untuk memenuhi pesanan nati saat ramai,” ujar Wardi.
Satu buah cangkul rata-rata dijual seharga Rp 120.000 sedangkan linggis seharga Rp 50.000 per buah.
“Tidak banyak yang diproduksi karena pesanannya juga sedikit, lain halnya dengan dulu kebutuhan cangkul banyak karena banyak petani yang butuh, sekarang petani juga jarang mencangkul paling untuk pematang, karena sawahnya sendiri dibajak dengan trakstor,” ujar Yanto.
Nenek moyangnya dulu bisa hidup sejahtera dari pekerjaan sebagai pandai besi karena kebutuhan alat pertanian banyak seperti cangkul, kored, parang, golok, kapak, patik daln lain-lain, selain itu pesanan roda delman, roda pedati dan barang lainnya juga cukup banyak karena alat transportasi masa itu menggunakan delman.
“Kalau jaman dulu perapiannya yang lama karena harus di pompa sekarang perapian semakin canggih tapi barang susah dijual,” kata Budi.
Sedangkan untuk bahan baku menurut perajin kini mudah diperoleh karena banyak penjual besi atau plat baja di Kecamatan Sumberjaya. Harga satu buah plat untuk cangkul harganya Rp 18.000 per 2 kilogram. Sedangkan harga besi untuk pembuatan linggis harganya Rp 7.500 per kg.
Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Majalengka Rieswan Graha disertai Kepala Bidang perindustrian Asep Iwan Haryawan mengatakan jumlah pandai besi dan logam kini tinggal 37 perajin. Dan khusus pandai besi tinggal beberapa perajin di antaranya berada di Kecamatan Majalengka, Cigasong, Sumberjaya dan Talaga.
“Dulu di Cigasong juga terkenal dengan pandai besi dan beberapa masyarakatnya hidup dari mata pencaharian sebagai pandai, kini di Cigasong malah nyaris tidak ditemukan lagi, keturunannya tidak tertaris lagi menjadi pandai,” tutur Asep.
Peralatan pertanian seperti kapak, golok, patik, cangkul, sabit atau peralatan pertanian lainnya lebih banyak didatangkan dari luar daerah. Malah penjual golok yang berkeliling saja kebayakan berasal dari Garut atau Sukabumi.
0 komentar:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.